Dampak Kecenderungan Generasi Z Membaca Karya Fiksi Dibanding Karya Non Fiksi terhadap Pola Pikir
Dampak Kecenderungan Generasi Z Membaca Karya Fiksi Dibanding Karya Non Fiksi terhadap Pola Pikir
Penulis: Nur Faizatun Khasanah
PENDAHULUAN
Perlu diketahui, karya fiksi dan non fiksi memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Karya fiksi acap kali digunakan sebagai hiburan semata, sementara non fiksi digunakan untuk belajar. Kedua karya tersebut memiliki sisi positifnya masing-masing bagi para pembaca.
Menurut KBBI, karya fiksi adalah cerita rekaan atau tidak berdasarkan kenyataan, atau berdasarkan khayalan atau pikiran. Sedangkan non fiksi yaitu yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya).
Berdasarkan segi struktur, isi, dan manfaat membuat keduanya jelas sangat berbeda. Pun membuat tujuan pembaca ketika mengonsumsi masing-masing karya tersebut akan berbeda pula—entah untuk hiburan semata ataupun untuk menggali informasi dan mendapat pengetahuan lebih mendalam memgenai suatu topik.
Namun, perlu diingat juga jika tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah, ini menjadi problematika yang belum terselesaikan. Dilansir berdasarkan kemendikbud.go.id, tingkat literasi negara Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara. Data ini merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development pada tahun 2019 (Nabila dkk., 2023).
Fakta tersebut membuktikan bahwa karya fiksi dan non fiksi jarang dibaca oleh masyarakat Indonesia sendiri. Terkecuali saat didesak keadaan, seperti halnya untuk memenuhi tugas di bangku pendidikan membuat mereka terpaksa mengonsumsi karya non fiksi.
Namun, di sisi lain karya fiksi juga memiliki manfaat positifnya tersendiri. Selain untuk menghibur, fiksi juga mampu menumbuhkan kepribadian anak. Contoh fiksi paling dekat dengan dunia anak adalah cerita rakyat (Suprayetno, 2017).
GAGASAN
Membaca karya fiksi memang bukan masalah, anggap saja sebagai bentuk hiburan diri. Terlebih, jenis karya fiksi cukup banyak sehingga pembaca bisa memilah sesuai selera bacaan masing-masing.
Namun, meskipun demikian membaca non fiksi juga diperlukan. Terlebih bagi Generasi Z, karena mereka adalah generasi penerus bangsa di masa depan. Sukar dipungkiri jika jenis bacaan seseorang juga mampu mempengaruhi pola pikir.
Selain itu, orang yang gemar membaca juga akan memiliki persepsi tersendiri. Menurut Wood, persepsi ialah proses memilah, mengatur serta mengartikan orang, objek, kejadian, situasi, dan aktifitas. Persepsi ini akan menunjukkan bagaimana manusia memahami satu sama lain dan juga mengambil keputusan di kehidupan mereka (Sirat & Siahaan, 2022). Semakin baik dan berbobot isi bacaannya, maka semakin bagus pula persepsinya.
Apabila membaca karya non fiksi, para pembaca akan mendapat informasi terbaru. Bahkan juga bisa menuangkan segala pikiran tentang topik bacaan melalui karya tulis yang dibuat sendiri—contohnya seperti karya tulis opini.
Semakin orang gemar membaca, maka semakin luas pula wawasannya. Pun semakin baik juga pola pikirnya, efek positif dari mengonsumsi bacaan berkualitas seperti halnya esai, opini, artikel, jurnal, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, permasalahan penduduk di Indonesia adalah minat masyarakat jauh lebih tinggi terhadap bacaan berupa hiburan atau karya fiksi. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri, mengingat di masa sekarang banyak sekali karya fiksi yang tidak layak dikonsumsi akibat kurang kesadaran dari penulis akan dampak yang didapati.
Contoh sederhananya yaitu bacaan dewasa yang akan membuat anak di bawah umur berpikir hal-hal yang seharusnya tidak pantas dipikirkan. Hal ini bisa terjadi karena pola pikir sudah tercemar oleh bacaan tidak berkualitas. Ditambah kurangnya pengawasan dari orang terdekat, sehingga pembaca di bawah umur ataupun Generasi Z menjadi lebih senang membaca sastra berupa hiburan terlarang atau bacaan yang mengandung unsur dewasa.
Pembaca yang masih di bawah umur dan belum bisa mengontrol diri akan mudah termanipulasi oleh bacaan karya fiksi yang tidak layak dibaca. Pola pikir kurang terolah oleh hal-hal bermanfaat dan kurang menerima asupan dari sastra yang berkualitas, sehingga wawasan yang harusnya Generasi Z dapatkan di zaman terkini terlepas begitu saja.
Menurut penelitian Anisa dkk. (2021), kurangnya minat membaca yang dimiliki masyarakat di Indonesia akan berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan peningkatan kemampuan yang dimiliki dalam menganalisis dan mengekspresikan ide-ide yang dipunya.
Maka dari itu, jenis bacaan berperan penting dalam pola pikir seseorang. Semakin berkualitas bacaan tersebut, maka semakin baik juga pola pikir seseorang. Maka dari itu, kurangi kecenderungan membaca karya fiksi daripada non fiksi, terlebih jika karya fiksi tersebut mengandung unsur dewasa. Lebih pandai lagi memilah bacaan untuk sebuah pola pikir yang sehat.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, terlalu sering mengonsumsi bacaan hiburan daripada bacaan non fiksi akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Asupan berupa wawasan yang masuk ke otak akan membentuk pola pikir kritis dan cerdas—begitu pun sebaliknya.
Namun, sesungguhnya tidak semua karya fiksi memberi dampak buruk terhadap sang pembaca. Hingga sebagai Generasi Z yang cerdas, pembaca harus bisa memilah bacaan mana yang benar-benar pantas dibaca, sehingga nantinya memberikan dampak positif pada otak dan pola pikir diri sendiri.
Editor: Siti Khoeriyah
DAFTAR PUSTAKA:
Anisa, A. R., Ipungkarti, A. A., & Saffanah, K. N. (2021). Pengaruh kurangnya literasi serta kemampuan dalam berpikir kritis yang masih rendah dalam pendidikan di Indonesia. In Current Research in Education: Conference Series Journal (Vol. 1, No. 1, pp. 1-12).
Nabila, L. N., Utama, F. P., Habibi, A. A., & Hidayah, I. (2023). Aksentuasi Literasi pada Gen-Z untuk Menyiapkan Generasi Progresif Era Revolusi Industri 4.0. Journal of Education Research, 4(1), 28-36.
Sirait, A. J., & Siahaan, C. (2022). Pengaruh Membaca Buku Fiksi Terhadap Persepsi Remaja Tentang Realitas. Global Scientific Journals, 10(4).
Suprayetno, E. (2017). Upaya Menumbuhkembangkan Kepribadian Anak melalui Cerita Fiksi di SD Muhammadiyah 36 Medan.
Komentar
Posting Komentar