Mengapa Pemilihan Bahasa dalam Karya Tulis Harus Diperhatikan? Begini Faktanya

Mengapa Pemilihan Bahasa dalam Karya Tulis Harus Diperhatikan? Begini Faktanya
Penulis: Nur Faizatun Khasanah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa merupakan lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Oleh sebab itu, pemilihan bahasa ini sangat penting, karena akan digunakan setiap saat—entah kepada orang lebih muda, seumuran, ataupun kepada yang lebih tua.

Perlu diingat, penggunaan bahasa tidak sebatas lisan saja. Penggunaan bahasa juga bisa berupa tulisan dan juga bahasa isyarat. Seorang penulis kerap menggunakan bahasa dalam tulisannya. Entah dalam karya fiksi ataupun non fiksi, dengan penyampaian bahasa yang baik maka akan mempermudah dipahami oleh para pembaca.

Bahasa yang baik bukan Bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Akan tetapi, bahasa yang sopan didengar, baik dibaca, dan tidak menyinggung pihak lain. Selain itu, bahasa yang baik bisa dibaca oleh siapa pun—termasuk oleh pembaca di bawah umur.

Oleh sebab itu, pemilihan bahasa dalam karya tulis sangat diperlukan. Semakin baik bahasa yang digunakan, maka semakin berkualitas pula karya sastra tersebut. Mengingat, pembaca karya tulis tidak hanya dikonsumsi oleh remaja dan orang dewasa, tetapi anak di bawah umur sekalipun turut mengonsumsi karya tulis tersebut, sehingga pemilihan bahasanya harus benar-benar diperhatikan.

Menurut Manan (2018), bahasa baik berupa lisan atau tulis memiliki tujuan serupa yaitu mengutarakan sebuah pesan. Pesan yang dikirimkan kepada pembaca akan memberikan efek pemahaman yang berbeda pada masing-masing individu. Dalam konteks bahasa berupa tulisan, simbol tulis tersebut akan sepenuhnya menjadi makna yang dapat ditafsirkan sendiri oleh pembaca. 

Oleh karena itu, agar penafsiran bahasa berupa tulisan tersebut tidak melenceng dan tidak berkonotasi negatif, penulis harus memikirkan penyampaian bahasa dengan benar. Alasannya agar pembaca bisa memahami ide serta gagasan yang disampaikan dalam bentuk tulisan tersebut tanpa kekeliruan. Hingga tidak terjadi kesalahpahaman dan tetap menjaga norma yang berlaku.

Apabila karya tulis yang disajikan oleh sang penulis sekadar untuk hiburan—contohnya seperti fiksi genre fiksi remaja—ini sudah masuk ke ranah berbeda. Zaman sekarang banyak fiksi yang menggunakan bahasa berupa umpatan, sehingga kurang masuk ke dalam ranah bahasa yang baik dan layak dikonsumsi. Hal itu didasarkan pada perkembangan zaman anak sekarang, sehingga apabila tetap ingin menggunakan bahasa yang terkesan kasar, penulis bisa mengatasi dengan menggunakan teknik sensor.

Berbeda dengan karya tulis ilmiah ataupun karya fiksi sejarah dan fiksi ilmiah. Penggunaan bahasanya akan lebih formal dan pemilihan kata pun lebih berhati-hati—mengikuti aturan penyampaian ide utama dalam karya tulis yang hendak disajikan. Oleh sebab itu, pemilihan bahasa ini wajib diterapkan supaya penafsiran dari masing-masing pembaca tidak melenceng ke arah negatif, sehingga bisa berdampak buruk kepada pola pikir dan penyerapan pesan yang tidak sesuai berdasarkan keinginan si penulis dari tulisan terkait.

Menurut Rohimah (2017), banyak berita online bermunculan dari hasil karya individual yang bukan lembaga. Sebutan populer ini untuk sumber komunikasi media online tersebut dikenal dengan jurnalis warga. Ini bermakna berita juga mampu berupa tulisan, sehingga penyampaiannya harus disajikan menggunakan bahasa yang sopan. Jurnalis warga mengacu kepada partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan tanggapan, hingga mempu menghasilkan konten, berita dan sebagainya. 

Berdasarkan penjelasan di atas dapat simpulkan jika pemilihan bahasa dalam karya tulis sangat diperlukan. Hal ini diperlukan agar isi tulisan terkait tidak menimbulkan penyimpulan negatif atas ide serta gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan menggunakan pemilihan bahasa yang baik dapat diserap dengan baik pula oleh pembaca. Mengingat setiap individu memiliki kemampuan pemahaman yang berbeda.

Editor: Siti Khoeriyah

Daftar Pustaka

Manan, N. A. (2018). Etika Bahasa Dalam Komunikasi Media Sosial. Jurnal Ilmiah Educater, 4(1), 25-35.

Rohimah, I. (2017). Etika dan Kode Etik Jurnalistik dalam Media Online Islam. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi , 11 (2), 213-234.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunitas: Sebuah Upaya Daring Pembelajaran Literasi

TBM Harapan Jogja: Pengembangan Literasi Lewat Praktik Menulis

Bahasa Puisi yang Begini dan Begitu