Peran Sastra dalam Perubahan Sosial, Apakah Sepenting Itu?

Peran Sastra dalam Perubahan Sosial, Apakah Sepenting Itu?
Penulis: Nur Faizatun Khasanah

Pada kenyataannya, peran sastra memang tidak sesederhana perkiraan setiap manusia. Banyak hal yang bisa diubah berkat keberadaan karya sastra.

Keberadaan sastra ini terbilang sangat penting, hanya saja acap kali sastra dianggap remeh. Terlebih oleh anak muda zaman sekarang, mengingat sastra bukanlah hal utama yang dipelajari di bangku pendidikan.

Meski banyak yang menganggap remeh pasal dampak sastra terhadap dunia. Sastra memiliki peranan tersendiri dalam kehidupan, salah satunya ialah perubahan sosial.

Menurut KBBI, sosial dapat diartikan berkenaan dengan masyarakat. Hingga bisa disimpulkan jika sastra ini memiliki impak terhadap khalayak umum.

Karya sastra sendiri terdiri dari karya fiksi dan non fiksi, pun keduanya memiliki peran yang amat berbeda.

Seperti yang sudah diketahui, fiksi berhubungan erat dengan karya yang berasal dari khayalan, sementara non fiksi berupa fakta.

Jadi, bisa dipastikan kedua jenis karya sastra tersebut mempunyai peran berbeda, terutama dalam perubahan sosial di Negara Indonesia.

Mengingat karakter setiap manusia berbeda—ada yang introver, ekstrover, dan ambiver— sastra jelas sangat membantu terutama bagi kaum introver yang memang jarang mengeluarkan isi hati. 

Perubahan sosial ini memiliki pengaruh terhadap karya sastra, mengingat sastra ini tidak lahir dari kekosongan melainkan berdasarkan sebuah gambaran realitas yang melingkupi dan berisikan cerminan dari kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya, serta ideologi yang dimiliki penulis maupun pembaca. (Manshur dalam Al-Anshor & Syahid 2023).

Menurut Manuaba (2014), diakui atau tidak sastra memiliki peran dalam perubahan sosial. Apa pun jenis dan bentuk sastranya, akan mempunyai fungsi pola hidup, pola pikir, dan struktur sosial masyarakat.

Ditambah apa pun bentuknya, karya sastra ini pasti memiliki fungsi sosial dalam masyarakat. Masyarakat serta elit negara seharusnya menghayati karya karya-karya sastrawannya seperti di masa lampau raja menyimak karya-karya pujangganya, karena sastra itu sebagai perwakilan dari isi hati dan pikiran rakyat. (Manuaba, 2014).

Sukar dipungkiri juga, banyak manusia yang memiliki perubahan diri dalam hidup akibat sebuah sastra, sebab di dalam karya tulis ini terdapat banyak pandangan serta ilmu pengetahuan mendukung.

Oleh karena itu, semakin banyak karya sastra dibaca maka semakin banyak pula perubahan sosial yang terjadi pada suatu tempat. Pastinya perubahan menuju ranah lebih baik daripada sebelumnya.

Namun, perlu diingat isi karya sastra tersebut harus memiliki dampak positif. Hingga perubahan tersebut menuju ke arah perbaikan.

Dalam kajian sosiologi sastra, karta sastra dapat dipandang dari tiga sisi yakni masyarakat, pengarang, serta karya sastra itu sendiri.

Berdasarkan pandangan Endraswara (dalam Kartikasari, dkk, 2014), sastra merupakan cerminan dari nilai dan perasaan, sehingga karya sastra tersebut akan merujuk pada tingkatan perubahan sosial serta cara individu menyosialisasikan diri melalui struktur sosial.

Perlu diketahui jika karya sastra ini bisa dimuat di mana pun. Bisa secara cetak—dalam bentuk buku ataupun bentuk e-book dan juga dalam sebuah aplikasi seperti pada aplikasi Ipusnas. 

Ini jelas memudahkan khalayak untuk membaca berdasarkan kenyamanan masing-masing. Terlebih di zaman sekarang, generasi Z lebih menyukai hal yang berhubungan dengan hal-hal berbau elektronik.

Maka dari itu, e-book dan sastra dalam sebuah aplikasi bisa menjadi jembatan agar karya sastra bisa memiliki banyak pembaca, sehingga tingkat membaca di Indonesia menjadi meningkat.

Editor: Siti Khoeriyah

DAFTAR PUSTAKA

Alanshor, I. A., & Syahid, A. H. (2023). Tren Perubahan Sosial: Transgresi dan Inovasi dalam Gaya Sastra Kontemporer. Al-Fathin: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 6(02), 154-171.

Manuaba, I. B. P. (2014). Eksotisme sastra: Eksistensi dan fungsi sastra dalam pembangunan karakter dan perubahan sosial.

Ratih, K., Novi, A., & Titik, M. (2014). Realitas sosial dan representasi fiksimini dalam tinjauan sosiologi sastra. Publika Budaya, 2(1), 50-57.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunitas: Sebuah Upaya Daring Pembelajaran Literasi

TBM Harapan Jogja: Pengembangan Literasi Lewat Praktik Menulis

Bahasa Puisi yang Begini dan Begitu