Menggali Inspirasi Melalui Sastra Klasik

sumber: Pinterest
Oleh: Ni Luh Putu Damayanti

Sebagai seorang penulis sebuah inspirasi ataupun ide sangatlah penting. Hal ini bisa didapat dari membaca, mengamati, menonton, ataupun berinteraksi. Inspirasi bisa juga datang dari pengamalan orang lain maupun pengalaman diri sendiri, bahoan menjelajahi dunia dapat memberikan kita inspirasi. Dengan kita melihat dan mengeksplorasi keindahan dunia juga melihat kehidupan berbagai orang di seluruh dunia akan memancing sebuah ide dan inspirasi. Namun, tahukah kamu bahwa kita bisa menggali ide dari sastra klasik? Sebelum itu, apakah kamu tahu mengenai sastra klasik? 

Sastra klasik adalah sebuah karya sastra tradisional yang diciptakan sebelum masuknya unsur terbaru sastra pada tahun 1920-an. Tepatnya sastra klasik berkembang sebelum lahirnya Angkatan Balai Pustaka. Sastra klasik pada saat itu masih terikat dengan adat istiadat dan susunan katanya masih terbilang sederhana. Jenis sastra klasik ialah mantra, pantun, pantun berantai atau berkait, talibun, pantun kilat, gurindam, syair, peribahasa, dan teka-teki.

Lantas mengapa kita bisa menggali ide ataupun inspirasi melalui sastra klasik? Faktanya, di abad ke-21 ini sastra klasik masih sangat relevan bahkan memiliki daya tarik tersendiri. Sastra klasik sendiri merupakan sebuah cermin kemanusiaan, di mana sastra klasik sering kali menggambarkan perasaan mendalam dan universal dari manusia itu sendiri. Namun, tidak dapat dipungkiri jika sosial dan budaya pastinya berubah seiring waktu, sedangkan sebuah perasaan tidak akan berubah seiring berjalan waktunya. Perasaan cemas, jatuh cinta, sedih, bahagia, dan banyaknya perasaan lainnya masih dirasakan oleh semua orang bahkan di abad ini. 

Selain itu, sastra klasik merupakan pintu untuk kita menuju masa lalu. Di mana kita akan mempelajari sosial budaya, dan nilai-nilai masyarakat pada zaman itu. Hal ini tentu akan menguntungkan sekaligus membuat kita mengenal bagaimana kehidupan pada zaman itu. Sastra klasik juga merupakan wadah untuk memahami manusia dan kemanusiaan, di mana ini tidak hanya bersifat individu, tetapi juga bisa bersifat internal mengenai konflik yang kita hadapi dan lebih luas lagi. 

Sastra klasik memiliki penulisan yang indah dengan kosakata yang begitu berpengaruh. Pengaruh ini mampu mengembangkan pembendaharaan kata dan mengenalkan kita dengan kata-kata baru. Sastra klasik juga kerap kali menjadi inspirasi untuk karya kontemporer dalam mengembangkan karyanya hingga sering dijadikan titik awal untuk retteling, adaptasi, ataupun pengembangan ulang yang lebih modern.

Hal lainnya mengapa kita bisa menjadikan sastra klasik sebagai tempat menggali inspirasi adalah karena sastra klasik menantang kita untuk berpikir lebih mengenai keadilan, moralitas, dan eksistensi manusia. Pertanyaan-pertanyaan itu tentu saja akan perdebatan dan refleksi yang tak pernah berakhir tentang makna hidup, etika, dan tanggung jawab terhadap sesama manusia. 

Terakhir, sastra klasik sendiri merupakan bagian integral perkembangan sastra modern. Banyak dari penulis dan kritikus sastra menjadi sastra klasik sebagai landasan dan referensi untuk memahami perkembangan sastra modern. Karya sastra modern sendiri sering kali mengutip, menginterpretasi, dan membalas karya-karya yang telah ada dari sastra klasik maupun berdialog dengan sastra klasik.

Bagaimana? Tertarik untuk menggali ide dari sastra klasik? 

Editor: Siti Khoeriyah
Daftar Pustaka:

Wikipedia. (2023). Sastra Klasik. Diakses pada 17 April 2024, dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sastra_klasik

Pendidikanindonesia. (2023). Mencari Inspirasi untuk Menulis Karya Sastra: Menggali Kreativitas dari Berbagai Sumber. Diakses pada 17 April 2024, dari https://pendidikanindonesia-fib.ub.ac.id/?p=2144&lang=id

Catatanpena. (2023). Mengapa Sastra Klasik Tetap Relevan di Abad Ke-21. Diakses pada 17 April 2024, dari https://www.catatanpena.org/2023/10/25/mengapa-sastra-klasik-tetap-relevan-di-abad-ke-21/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunitas: Sebuah Upaya Daring Pembelajaran Literasi

TBM Harapan Jogja: Pengembangan Literasi Lewat Praktik Menulis

Bahasa Puisi yang Begini dan Begitu