Berkenalan dengan Estetika

ditulis oleh Cahyo Saputro

Karya sastra selalu berkaitan dengan estetika dalam setiap pengertiannya. Pengertian-pengertian inilah yang mendorong sebuah pertanyaan tentang apa itu estetika? Estetika muncul pada abad ke-18 Yunani Kuno yang bisa diartikan sebagai keindahan. Istilah estetika dapat ditemui dalam 6 bahasa, yaitu Yunani, Inggris, Prancis, Italia-Spanyol, dan Latin yang mengerucut pada makna keindahan. Dalam perkembangan istilah Yunani, terdapat 4 istilah, yaitu aisthanomai, aesthesis, aestheticos, dan aesthetica.
1. Aisthanomai berarti "merasakan" dengan indra, mengindra.
2. Aesthesis berarti pengindraan, pengamatan.
3. Aestheticos berarti hal-hal yang berkaitan dengan pengindraan.
4. Aesthetica berarti ilmu tentang nilai pengindraan.

Alexander Baumgarten (1735) merupakan seorang filsuf rasionalis asal Jerman menyatakan estetika sebagai suatu bidang khusus, di mana secara etimologis kata merupakan teori tentang pengindraan dan merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan objek yang dapat diamati dan merangsang indra. Estetika bisa dibagi menjadi 3 arti, yaitu luas, estetika murni, dan terbatas.
1. Estetika dalam arti luas yaitu keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual.
1. Estetika murni yaitu pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
2. Estetika dalam arti terbatas yaitu menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan (keindahan bentuk, warna secara kasat mata).

Selain itu, Herbert Read dalam tulisan Fiska mengemukakan bahwa estetika merupakan kesatuan serta hubungan bentuk yang ada di antara penyerapan inderawi seorang manusia, di mana umumnya, manusia menganggap estetika adalah seni. Tentu, pandangan terhadap seni akan menitikberatkan kepada sebuah keindahan. Perlu diketahui, bahwa estetika juga merupakan suatu cabang filsafat. Hal ini sejalan dengan pengertian estetika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mengartikan estetika dalam dua pengertian. Pengertian yang pertama dari estetika merujuk pada suatu cabang filsafat yang membahas mengenai seni, nilai kehidupan serta tanggapan manusia terhadap seni tersebut. Sementara itu, pengertian kedua dari estetika adalah kepekaan manusia pada seni dan keindahan.
Kemudian, apakah estetika hanya melingkupi wilayah sebuah karya seni? Estetika tidak hanya melingkupi suatu wilayah karya seni saja, melainkan meliputi segala aspek dalam kehidupan, sebagai contoh kejiwaan, emosi, dan pengetahuan. 

Secara garis besar, estetika terbagi menjadi tiga teori, teori formil, ekspresionis, dan psikologis. Pertama, teori estetika formil. Pada teori ini terdapat dominasi relevansi dengan seni klasik serta pemikiran klasik. Teori ini mengungkapkan bahwa keindahan yang ada pada luar bangunan memiliki hubungan dengan persoalan bentuk serta warna. Teori estetika ini lalu menganggap bahwa keindahan merupakan hasil formil dari suatu ukuran, ketinggian, lebar, dimensi dan sebuah warna maupun kombinasi di antaranya.

Kedua, teori estetika ekspresionis. Teori ini mengungkapkan bahwa keindahan tidak selalu menjelma dalam sebuah bentuk, tetapi juga berasal dari maksud serta tujuan dari ekspresi objek tersebut. Tentu dalam teori ini, diasumsikan bahwa keindahan bergantu kepada apa yang dieskspreikan dalam karya seni. Maksud dari ekspresi ini yaitu menunjukkan suatu tujuan yang dikehendaki.

Ketiga, teori estetika psikologis. Teori ini memiliki tiga aspek utama yang menjadi dasar atau landasan di mana pengambilan aspek ini ditujukan kepada seni arsitektur atau seni rupa.
1. Keindahan dalam seni rupa merupakan bentuk irama yang mudah serta sederhana. Dalam bidang kajiannya, pengamat turut merasakan bahwa dirinya ikut melakukan apa yang dilakukan.
2. Keindahan merupakan bentuk akibat dari emosi yang timbul dengan pendekatan psikoanalitik. Karya seni kemudian mendapatkan esensi estetika dari reaksi seseorang secara keseluruhan. Reaksi ini tentu saja berbeda-beda, sebab kepekaan sensoris manusia memiliki tingkatannya masing-masing.
3. Keindahan merupakan bentuk akibat dari rasa kepuasan seorang pengamat atau penikmat pada objek karya seni tersebut.

Pada hakikat penilaiannya, estetika mengkaji tiga aspek, yaitu absolutism, anarki, dan relativisme. Absolutism bisa diartikan sebagai bentuk penilaian karya seni yang mutlak dan tidak dapat ditawar dengan kondisi apapun. Pada bentuk ini, penilaian didasarkan pada konvensional atau pada bentuk kebijakan yang sudah ditetapkan. Adapun anarki yang bisa dianggap sebagai bentuk penilaian dengan dasar asumsi pendapat setiap manusia dan bersifat subjektif dengan tidak ada perlu dalam bentuk pertanggungjawaban. Terakhir, relativisme merupakan bentuk penilaian nisbi dan bersifat objektif, sehingga penilaian masih mempertimbangkan banyak hal dengan segala peraturan yang berlaku.

Pengembangan bahasan dan telaah estetika bisa dan sangat dapat dengan merujuk sumber-sumber lain daripada acuan di bawah ini, sehingga suatu hal yang menarik di sini adalah keindahan bersumber dari indra sensoris tiap manusia dan tergantung pula terhadap kepekaan yang timbul, menimbulkan.

Yogyakarta, 16 Juni 2024

Daftar Pustaka: 

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-6) daring dan diakses 16 Juni 2024, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/estetika pada pukul 17.35 WIB.
Baumgarten, Alexander Gottlieb. (1735). A Philosophical Reflection of Some Concern to The Version. Barkeley: University of California Press.
Fiska, Rahma. (t.t). Pengertian Estetika: Fungsi dan Teorinya diakses pada 16 Juni 2024 dari https://www.gramedia.com/literasi/estetika/ pada pukul 18.00 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunitas: Sebuah Upaya Daring Pembelajaran Literasi

TBM Harapan Jogja: Pengembangan Literasi Lewat Praktik Menulis

Bahasa Puisi yang Begini dan Begitu