Pentingkah Stile dalam Karya Sastra
ditulis oleh Cahyo Saputro
Secara garis besar, karya sastra merupakan karya seni dengan bermediumkan bahasa. Bahasa merupakan alat yang digunakan penulis untuk mengungkapkan kembali pengamatan terhadap fenomena kehidupan dalam bentuk tulisan rekaan atau bisa disebut dengan mimesis. Seorang penulis harus dapat menggunakan bahasa yang menarik dalam mengekspresikan gagasan dan imajinasi, karena faktor bahasa merupakan daya pikat pada karya sastra. Dalam hal ini peran gaya bahasa sebagai bentuk karya menjadi ciri khas yang membedakan bentuk tekstual antara para penulis.
Menurut Tarigan (2013:04), gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Selain itu, terdapat istilah stile (style, gaya bahasa) yang mana didefinisikan sebagai cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Nurgiyantoro, 2010:276).
Menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana (dalam Okke, 2002:45), gaya bahasa (style) mempunyai tiga pengertian yaitu: (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; dan (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
Keterangan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
Pertama, stile merupakan cara seorang penulis memanfaatkan kekayaan bahasa yang tersedia untuk mengekspresikan diri, baik secara lisan maupun tertulis. Setiap penulis memiliki preferensi dan cara yang unik dalam memilih kata, struktur kalimat, dan perangkat retoris untuk menyampaikan ide dan perasaan. Pilihan ini dapat mencerminkan kepribadian, latar belakang, dan kreativitas penulis dalam menggunakan bahasa yang mana akan memperkaya sebuah keluaran hasil karya sastra.
Kedua, stile juga melibatkan pemilihan dan penggunaan ragam bahasa tertentu untuk mencapai efek yang diinginkan oleh para penikmat (pembaca). Ragam bahasa bisa meliputi tingkat formalitas (formal, semiformal, dan informal), dialek, jargon, atau register khusus. Pemilihan ragam bahasa disesuaikan dengan konteks, tujuan komunikasi, dan sasaran yang dituju. Misalnya, seorang penulis mungkin menggunakan ragam bahasa formal untuk esai akademis, tetapi menggunakan ragam bahasa informal untuk sebuah penciptaan cerita pendek.
Ketiga, stile dalam konteks sastra merujuk pada karakteristik khas penggunaan bahasa oleh sekelompok penulis atau aliran sastra tertentu. Ciri-ciri ini bisa meliputi pilihan kata, struktur kalimat, penggunaan majas, citraan, atau teknik penceritaan yang menjadi 'tanda tangan' atau identitas dari kelompok tersebut. Misalnya, penulis-penulis romantisme sering menggunakan gaya bahasa yang kaya akan emosi, imajinatif, dan puitis, sedangkan penulis-penulis realisme cenderung menggunakan gaya bahasa yang lebih lugas dan objektif.
Dari berbagai pendapat dan penjelasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa atau stile yang digunakan oleh para penulis dalam karyanya bertujuan untuk lebih memperindah sebuah karya agar menarik para pembaca dan dapat menyampaikan maksud dengan memperhatikan efek-efek yang akan ditimbulkan.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yaitu menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulus asosiasi, menimbulkan gelak ketawa, atau untuk hiasan (Keraf, 2016:129). Selain itu menurut Laila (2016:148-149), gaya bahasa digunakan penyair dalam puisinya untuk meningkatkan efek asosiasi tertentu, membandingkan sesuatu dengan yang lain, serta untuk memperoleh aspek keindahan. Gaya bahasa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu gaya bahasa retoris yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kias merupakan penyimpangan yang lebih jauh khususnya dalam bidang makna (Keraf, 2016:129).
Dalam bukunya, Tarigan (2013:05) mengelompokkan gaya bahasa ke dalam empat bagian yaitu perbandingan, pertentangan, pertautan dan perulangan. Pembagian ini tentunya memiliki dasar pengelompokkan dan terdapat sub cabang di dalamnya. Seperti yang kita ketahui, bahwa gaya bahasa atau stile sendiri biasa kita sebut dengan majas apabila berbicara tentang analisis sebuah karya sastra, khususnya puisi. Penjelasan lebih lanjut tentang sub cabang oleh Tarigan bisa dibaca pada literatur lain dan dilanjutkan artikel berikutnya, semoga.
Yogyakarta, 02 Juni 2024
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. (2016). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. (2002). Pengertian Gaya Bahasa (Style). Dalam Okke K.S. Zaimar (Ed.), Stilistika dan Penerapannya dalam Karya Sastra (hlm. 45). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Laila, Aruna. (2016). Stilistika: Kajian Praktis Bahasa dalam Karya Sastra. Surakarta: Pustaka Bangsa Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tarigan, Hendry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa
Komentar
Posting Komentar