Art Therapy: Sebuah Perjalanan Katarsis dan Penyembuhan Jiwa

ditulis oleh Cahyo Saputro

Perjalanan hidup memberikan suatu pelajaran yang sangat penting bagi manusia. Pelajaran tentang cinta, bahagia, sedih, benci, kecewa, dan hal-hal emosional lainnya kerap memberikan pengalaman tersendiri, baik menjadi sebuah trauma atau menjadi motivasi untuk kita bisa beranjak dari apa yang biasa disebut dengan “zona nyaman”. Namun, rasa sakit yang muncul akibat emosi-emosi negatif bisa menjadi sebuah boomerang atau serangan balik terhadap diri manusia apabila tidak disalurkan kepada media “pelampiasan” yang sesuai. Ada salah satu pendekatan terapeutik yang unik di mana bisa membantu manusia dalam menyembuhkan kekesalan-kekesalan batin, yaitu art therapy.

Art therapy merupakan salah satu metode terapi dengan menggunakan proses kreatif dari seni sebagai media untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi emosi yang tersembunyi. Penciptaan karya seni, seperti melukis, memahat, menulis, atau bentuk seni lainnya dapat mengungkapkan perasaan dan konflik batin yang sulit diungkapkan. Proses ini memberikan katarsis, yakni pelepasan emosi yang terpendam secara sehat dan aman atau pembaruan emosi yang melahirkan kondisi rohani yang baru.

Sebagai contoh, ketika seorang pelukis menuangkan emosi-emosinya pada kanvas, seseorang bisa melepaskan rasa marah, sedih, atau rasa bersalah yang selama ini dipendamnya. Ketika seorang penyair gundah gulana, seseorang bisa menuliskan emosinya pada sebuah catatan dan atau ketika suatu musisi sedang mengalami hal-hal yang buruk dan seseorang menciptakan satu buah lagu yang begitu emosional. Hal-hal tersebut bukan sebuah tindakan yang sia-sia.

Melalui karya seni, siapa pun bisa mengekspresikan dan melampiaskan emosi negatif tersebut tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain. Maka dari itu, setiap manusia akan menemukan keringanan dan kedamaian batin yang selama ini terpendam.

Lebih daripada itu, art therapy juga membantu individu menemukan makna dan pemahaman baru tentang dirinya sendiri dan pengalaman hidupnya. Hal ini sejalan dengan proses kreatif yang memungkinkan seseorang untuk merefleksikan dan mengeksplorasi aspek-aspek diri yang selama ini tidak disadari. Dengan begitu, seseorang bisa mendapatkan wawasan baru untuk memaknai kembali peristiwa traumatis atau konflik yang pernah dialaminya.

Salah satu contohnya adalah seorang penyintas kekerasan dalam rumah tangga yang melampiaskan traumanya dalam seni lukis. Proses melukis bisa mengungkapkan rasa takut, marah, dan sakit hati yang selama ini terpendam. Setelah emosi-emosi itu tercurahkan, seseorang bisa melihat pengalaman traumatisnya dari sudut pandang baru yang lebih memberdayakan dirinya sendiri. Proses ini membantu diri seseorang berdamai dengan masa lalu dan menemukan kekuatan untuk bangkit dan maju. Ataupun seorang pekerja lepas yang dituntut dengan ekonomi, bisa saja seseorang itu membuat sebuah cerita tentang dirinya sendiri sebagai refleksi dan menemukan makna baru dalam hidupnya.

Melalui art therapy, siapa pun bisa menyusuri lorong-lorong batin yang tersembunyi dan menemukan resolusi atas konflik yang selama ini menjadi bayang-bayang penjara bagi manusia. Seni yang menjadi media katarsis akan melepaskan belenggu emosional, sekaligus membuka dunia baru untuk memaknai kembali hidup seseorang. Oleh karena itu, seni bisa menyembuhkan luka batin dan menyembuhkan jiwa yang memiliki traumanya masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunitas: Sebuah Upaya Daring Pembelajaran Literasi

TBM Harapan Jogja: Pengembangan Literasi Lewat Praktik Menulis

Bahasa Puisi yang Begini dan Begitu