Postingan

Hak Perempuan dalam Novel Sitti Nurbaya

ditulis oleh Cahyo Saputro Nama Sitti Nurbaya kerap didengar sebagai ikon atau simbol khusus ketika wanita—wani ditata—jua perempuan—per-empu-an—disodorkan dengan tawaran atau paksaan oleh kamitua sebab utang-piutang maupun hal-hal lain yang menjadi ihwal utama dalam pemaksaan kawin tersebut. Sebutan kawin paksa sendiri menjadi booming dan melekat pada tahun-tahun lampau. Kawin paksa dianggap sebagai tradisi zaman dulu atau bisa diperhalus menjadi “perjodohan” dengan syarat atau atas syarat untuk sesuatu. Jauh di tanah Minang sana, seorang penulis atawa pengarang bernama Marah Roesli menceritakan sedemikian rupa pelik tentang romansa dengan adat kebudayaan. Sebelum berbicara lebih jauh, sila disimak tentang sinopsis novel tersebut di https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/sitti-nurbaya-buku-karya-marah-roesli/ . Marah Roesli sendiri merupakan seorang sastrawan dan bangsawan Padang yang juga menekuni bidang kedokteran hewan. Beliau merupakan alumni dari Sekolah Dokter Hewan di B...

Menghadirkan Unsur Batin dalam Puisi

ditulis oleh Cahyo Saputro “Sejarah peradaban mengajarkan kepada kita bahwa zaman membuat doktrin sastra jarang berasal dari satu jenius saja.” (Sastra Bandingan, kutipan narasi Suwardi Endraswara) PUISI sebagai salah satu karya sastra kerap dinikmati dan sering dibandingkan antara puisi satu dengan puisi lainnya. Pembandingan puisi atau bisa disebut sebagai kajian sastra bandingan dapat diperoleh atas unsur-unsur pembentuknya, yaitu unsur fisik dan unsur batin. Sebagaimana unsur fisik di mana suatu hal yang nampak dan tampak tanpa perlu memasukinya lebih dalam, seperti tipografi, majas, diksi, dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan unsur batin? Unsur batin merupakan sebuah unsur yang dapat diperoleh apabila pembaca mengalami proses penafsiran lebih lanjut dengan sengaja atau tanpa sengaja dengan memosisikan dirinya sebagaimana rupa. Unsur batin, bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu rasa, nada dan suasana, serta amanat. Pertama, rasa dalam sebuah puisi selalu mempunyai perbedaan ses...

Mengenal Teater Koma dari "Cinta Semesta, Ketika Tak Mungkin Melawan Alam Semesta"

Gambar
ditulis oleh Cahyo Saputro gb.1 Teater Koma Perkembangan teater konon dimulai dari seorang penyair Athena yang hingga kini diperdebatkan. Kemunculan teater di Indonesia sendiri terjadi di sekitar abad ke-20 dengan melahirkan banyak komunitas cikal bakal penggedhe dalam ranah teater. Salah satunya adalah Teater Koma. Teater Koma adalah sebuah kelompok teater yang mempunyai dorongan dan iktikad ingin menghadirkan tontonan teater yang diharapkan akan punya warna lain dari warna-warna kelompok teater yang sudah ada selama ini (Mardjono, 2012: 422). Teater Koma didirikan pada tanggal 1 Maret 1977 oleh Nano Riantiarno, Ratna Riantiarno, dan angkatan pendiri di mana Nano Riantiarno bekerja sebagai sutradara sekaligus penulis skenario. Pada akhir tahun 2020, Teater Koma mengadakan pementasan dengan tajuk "Cinta Semesta". Pementasan ini merupakan sekuel lanjutan dari pentas yang berjudul "Gemintang". Musibah pandemi yang meng- global waktu itu, menuntut digita...

Hidup dan Proses Kreatif

ditulis oleh Cahyo Saputro Kamu tim bubur ayam dicampur dengan menerima heterogenitas—simbolik bhinneka tunggal ika—atau dibiarkan sedemikian rupa untuk melihat dan menikmati estetika dan persenian tukang bubur? Pertanyaan inilah yang kadang dibicarakan seorang teman tatkala bingung membeli sarapan, walaupun tidak dijelaskan dan diada-adakan seperti pertanyaan di atas. Keputusan dalam dua pilihan tidak bisa dijadikan standarisasi bahwa orang ini bla bla bla, orang itu bla bla bla, kalian bla bla bla, dan aku bla bla bla. Sama seperti apa kamu suka kecap? Atau apa kamu suka sambal? Belum tentu juga menyukai kecap menjadi ‘manis’—walaupun ada kecap asin—atau menyukai sambal menjadi ‘pedas’—barangkali lolongan tetangga lebih daripada itu. Kemudian, dalam per-seni-an tidak selalu, tetapi pasti lekat dengan latar belakang si ‘dalang’ seni atau ‘objek’ seni itu sendiri. Seperti, penciptaan layang-layang, tentang bagaimana dan apa bambu yang baik sebagai kerangka, konsepsi bentuk, implementa...

Intoleran Literasi

ditulis oleh Cahyo Saputro Kata motivator, sebut saja Mario Teguh, "Menghargai adalah upaya identitas dari dewasanya seseorang." Tetapi, kata orang-orang ‘sukses’, upaya pendewasaan merupakan pengalaman atas hidup dan cara seseorang mengatasi permasalahannya. Usut-mengusut, dewasa ini mengakar problematika seputar literasi. Tentu banyak perihal telur atau ayam saja jadi perkara, apalagi soal intoleran dalam wadah literasi. Kemujuran teknologi sekarang ini, menghadirkan sebuah inovasi baru tentang dan bagaimana cara masyarakat mencari, menemukan, membaca, menulis, membuat, mencipta, pun tidak lupa memplagiasi berbagai referensi—sebut saja sebagai bacaan atau istilah kerennya “ literature ”—dengan seenak jemari mengetik pada mesin tik yang lebih canggih daripada tahun 1873. Entah itu seukuran buku saku pramuka atau talenan masak emak-emak di dapur dengan ragam panjang kali lebar yang ndak menjadi keliling. Kecanggihan ini turut mengindahkan partisipasi masyarakat dalam menangg...

Memang Perlu Memahami Puisi?

ditulis oleh Cahyo Saputro Umumnya makna diartikan sebagai suatu hal yang kompleks dari sebuah ungkapan, tetapi apakah ‘makna’ bisa kita maknai? Sekarang ini komunitas literasi atau komunitas ‘sok’ nyastra selalu berkutat dengan bagaimana cara kita memetik buah dari berbagai pohon, membedakan mana yang premium dan ecek-ecek, kemudian dikonsumsi sesuai kebutuhan. Sebagaimana yang telah kita ketahui, sastra dibagi menjadi tiga tubuh, yaitu prosa, puisi, dan drama. Tubuh ‘puisi’ sendiri menurut Altenberd (1970:2) didefinisikan sebagai pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) ¹ – as interpretive dramatization of experience in metrical language. Tentu tidak mutlak tentang bagaimana puisi itu didefinisikan, bisa saja dan secara sederhana puisi dimaknai sebagai tulisan dari pengalaman penulis. Lebih daripada itu, sastra khususnya puisi selalu melibatkan pembaca dalam konteks memahami dan memaknai. Memang semua jenis sastra selalu menco...

Art Therapy: Sebuah Perjalanan Katarsis dan Penyembuhan Jiwa

ditulis oleh Cahyo Saputro Perjalanan hidup memberikan suatu pelajaran yang sangat penting bagi manusia. Pelajaran tentang cinta, bahagia, sedih, benci, kecewa, dan hal-hal emosional lainnya kerap memberikan pengalaman tersendiri, baik menjadi sebuah trauma atau menjadi motivasi untuk kita bisa beranjak dari apa yang biasa disebut dengan “zona nyaman”. Namun, rasa sakit yang muncul akibat emosi-emosi negatif bisa menjadi sebuah boomerang atau serangan balik terhadap diri manusia apabila tidak disalurkan kepada media “pelampiasan” yang sesuai. Ada salah satu pendekatan terapeutik yang unik di mana bisa membantu manusia dalam menyembuhkan kekesalan-kekesalan batin, yaitu art therapy. Art therapy merupakan salah satu metode terapi dengan menggunakan proses kreatif dari seni sebagai media untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi emosi yang tersembunyi. Penciptaan karya seni, seperti melukis, memahat, menulis, atau bentuk seni lainnya dapat mengungkapkan perasaan dan konflik batin yan...